PERILAKU KONSUMEN
Disusun
oleh :
Sazkya
Ayushifara
18213329
3EA21
UNIVERSITAS
GUNADARMA
2015/2016
BAB XI
PENGARUH KELAS SOSIAL DAN STATUS
A.
Jenjang
Sosial
Jenjang sosial selalu menjadi masalah sebuah negara. Masalah
jenjang sosial sampai saat ini belum mendapatkan jalan keluar, mengingat masih
banyak pengangguran dan juga penghasilan masyarakat yang belum mampu menutupi
kebutuhannya sehari-hari. Pemerintah mengharapkan adanya kerjasama dengan
berbagau kegiatan sosial, agar jenjang sosial ini
dapat diminimalisir.
B.
Pengertian
Jenjang Sosial
Jenjang
social adalah kondisi dimana seseorang berada pada posisi yang mencerminkan
status social di masyarakat yang memiliki tingkatan-tingkatan berdasarkan kelas
social di masyarakat yang sedang diraihnya,sehingga jenjang social akan
senantiasa berubah seiring dengan pencapaian dan keberhasilan seseorang dalam
merubah kelas sosialnya.
C. Faktor
Penentu Klas Sosial
Otoritas (kekuasaan dan wewenang: kemampuan-untuk menguasai/
mempengaruhi orang lain sehingga orang itu mau bertindak sesuai dengan yang
diinginkan tanpa perlawanan
Beberapa indikator lain
yang berpengaruh terhadap pembentukan kelas sosial, yaitu:
a.
Kekayaan
Untuk
memahami peran uang dalam menentukan strata sosiai/kelas sosial, kita harus
menyadari bahwa pada dasamya kelas sosial merupakan suatu cara hidup. Artinya
bahwa pada kelas-kelas sosial tertentu, memiliki cara hidup atau pola hidup
tertentu pula, dan untuk menopang cara hidup tersebut diperlukan biaya dalam
hal ini uang memiliki peran untuk menopang cara hidup kelas sosial tertentu.
b.
Pekerjaan
Dengan
semakin beragamnya pekerjaan yang terspesialisasi kedalam jenis-jenis pekerjaan
tertentu, kita secara sadar atau tidak bahwa beberapa jenis pekerjaan tertentu
lebih terhormat daripada jenis pekerjaan lainnya. Hal ini dapat kita lihat pada
masyarakat Cina klasik, dimana mereka lebih menghormati ilmuwan dan memandang
rendah serdadu; Sedangkan orang-orang Nazi Jerman bersikap sebaliknya
Mengapa
suatu jenis pekerjaan harus memiliki prestise yang lebih tinggi daripada jenis
pekerjaan lainnya. Hal ini merupakan masalah yang sudah lama menarik perhatian
para ahli ilmu sosial. Jenis-jenis pekerjaan yang berprestise tinggi pada
umumnya memberi penghasilan yang lebih tinggi; meskipun demikian terdapat
banyak pengecualia.
c.
Pendidikan
Kelas
sosial dan pendidikan saling mempengaruhi sekurang-kurangnya dalam dua hal.
Pertama, pendidikan yang tinggi memerlukan uang dan motivasi. Kedua, jenis
dan tinggi rendahnya pendidikan mempengaruhi jenjang kelas sosia. Pendidikan
tidak hanya sekedar memberikan ketrampilan kerja, tetapi juga melahirkan
perubahan mental, selera, minat, tujuan, etiket, cara berbicara – perubahan
dalam keseluruhan cara hidup seseorang.
D.
Pengukuran
Klas Sosial
Kelas
sosial seseorang terukur dari bagaimana orang lain menilai dan menghormati
kelas sosial yang dimilikinya. Pengukuran kelas sosial juga dapat dilakukan
melalui beberapa kriteria ukuran sebagai berikut.:
1)
Ukuran
subjektif Dimana sseeorang diminta untuk menentukan sendiri posisi kelas
sosialnya.
2)
Ukuran
reputasi Kelas sosial ditentukan oleh orang lain yang dari luar lingkungannya,
biasanya dinilai dari seberaa besar orang lain mengenal namanya.
3)
Ukuran
objektif Kelas sosial di tentukan berdasarkan atas variable sosioekonomi
seperti pekerjaan, besarnya pendapatan, dan pendidikan.
E. E. Apakah
Klas Sosial Berubah?
Kelas sosial akan pasti berubah, sama halnya seperti
roda kehidupan yang selalu berputar. Kadang seseorang berada dalam status
sosial yang tinggi atau berada saat mapan atau di hormati, tetapi terkadang
lambat laun akan berada di posisi bawah, yaitu ketika mereka tidak lagi
berjaya, kaya, atau di hormati seperti sebelumnya. Ketika kelas sosial berubah
perubahan itu juga akan mempengaruhi perilaku dan selera konsumen terhadap
suatu barang. Misalnya seorang yang biasa mengkonsumsi nasi dari beras yang
mempunyai kualitas yang rendah, tetapi apabila ia menjadi kaya atau memperoleh
rezeki yang berlebih maka ia akan merubah beras yang di konsumsi dari yang berkualitas
rendah ke kualitas yang lebih tinggi. Mempengaruhi berbagai permintaan produksi
suatu barang maupun jasa.
F. F. Pemasaran
Pada Segmen Pasar Berdasar Klas Sosial
Untuk
mencapai hasil pemasaran yang optimal, kita pertama kali harus terlebih dahulu
melakukan segmentasi pasar atas produk yang akan kita jual. Segmentasi pasar
pada intinya membagi potensi pasar menjadi bagian-bagian tertentu; bisa berdasar
pembagian demografis; berdasar kelas ekonomi dan pendidikan ataupun juga
berdasar gaya hidup (psikografis). Pembagian segmen yang paling lazim dilakukan adalah
berdasar kelas sosial ekonomi. Sebagai misal, pembagain yang sering dilakukan
adalah membagi lapisan pasar menjadi empat kelas : misal kelas C (kelas ekonomi
rendah), kelas B (menengah), dan kelas AB (menengah atas) dan kelas A (golongan
atas).
BAB XII
PENGARUH INDIVIDU
A.
Pengaruh
Kelompok Referensi
Kelompok referensi disebut juga sebagai acuan.Kelompok
referensi merupakan sekelompok orang yang secara nyata mempengaruhi perilaku
seorang secara langsung atau tidak langsung.Kelompok referensi ini berguna
sebagai referensi seseorang dalam pengambilan keputusandan sebagai dasar
pembandingan bagi seseorang dalam membentuk nilai dan sikap umum / khusus atau
pedoman khusus bagi perilaku.
Jenis – jenis kelompok referensi berdasarkan pengelompkannya
yaitu :
1.
Menurut
intensitas interaksi dan kedekatannya : Kelompok primer dan kelompok sekunder
2.
Menurut
legalitas keberadaan : Kelompok formal dan kelompok informal
3.
Menurut
status keanggotaan dan pengaruh : Kelompok aspirasi, kelompok
disosiasi,
primary / secondary, membership
B.
Pengeruh
Kata-Kata
Menurut Schiffman dan
Kanuk terdapat 8 peran yang dilakukan oleh anggota keluarga, antara lain
penjaga pintu, pemberi pengaruh, pengambil keputusan, pembeli, penyiap,
pengguna pemelihara, dan pembuang.
Menurut Neighbour (1985)
thapan, tugas dan masalah yang menjadi isu penting dalam setiap tahapan siklus
kehidupan keluarga adalah sebagai berikut tahap perkawinan, tahap melahirkan
anak, tahap membesarkan anak-anak memasuki sekolah dasar, membesarkan anak-anak
usia remaja, keluarga mulai melepaskan anak-anak, tahun-tahun pertengahan, usia
tua.
BAB
XIII
PENGARUH
KELUARGA DAN RUMAH TANGGA
A.
Keluarga
dan Studi Tentang Perilaku Konsumen
Studi tentang keputusan keluarga
sebagai konsumen kurang lazim dibandingkan studi tentang individu sebagai
konsumen. Alasan untuk pengabaian dalam studi pembelian keluarga adalah
kesulitan dalam mempelajari tentang keluarga sebagai organisasi. Survey dan
metodologi penelitian pemasaran lain lebih mudah dijalankan untuk individu
daripada untuk keluarga. Pemberian kuesioner kepada seluruh keluarga
membutuhkan akses ke semua anggota pada waktu yang lebih kurang sama, dengan
menggunakan bahasa yang mempunyai makna sama bagi semua anggota keluarga, dan
menafsirkan hasil ketika anggota dari keluarga yang sama melaporkan opini yang
bertentangan mengenai apa yang dibeli oleh keluarga atau pengaruh relative
dalam keputusan tersebut.
Haverty mengidentifikasikan variabel
utama yang terlibat didalam analisis seperti ini :
a) Fungsi Produksi Rumah Tangga
b) Stok (Sumber Daya) Rumah Tangga
c) Variabel Eksogen atau yang
Ditetapkan Sebelumnya
Walaupun rumah tangga dan keluarga
kadang digunakan secara dapat dipertukarkan sewaktu menganalisis bagaimana
keputusan pembelian diambil, adalah penting untuk membedakan antara kedua ini
sewaktu memeriksa data. Rumah tangga menjadi unit yang analisis yang lebih
penting bagi pemasar karena pertumuhan yang pesat di dalam keluarga trdisional
dan rumah tangga nonkeluarga. Di antara rumah tangga nonkeluarga,mayoritas besar
terdiri dari orang-orang yang hidup sendiri.
B. B. Penentu
Keputusan Pembelian Pada Sutau Keluarga
Keluarga memiliki pendapatan
rata-rata yang lebih tinggi dibandingkan dengan rumah tangga karena jumlah yang
lebih banyak dari individu yang bekerja di dalam keluarga. Keluarga adalah sama
dengan perusahaan; keluarga adalah organisasi yang terbentuk untuk mencapai
fungsi tertentu yanmg lebih efektif dibandingkan individu yang hidup sendiri.
Fungsi yang paling jelas bahwa dua
oramg dapat mencapai lebih baik daripada satu orang adalah mempunyai anak.
Konsekuensi ekonomi dengan hadirnya anak menciptakan struktur permintaan akan
pakaian, makana, perbot, rumah, perawatan kesehatan, pendidikan dan
produk.lain. anak di dalam keluarga dapat menyebabkan menurunnya permintaan
akan produk lain, seperti perjalanan, restoran, pakaian orang dewasa, dan
banyak barang yang bebas pilih.
Tipe – Tipe Perilaku Pembelian
Menurut Wilkie (1990), tipe perilaku konsumen dalam melakukan pembelian
dikelompokkan menjadi empat berdasarkan tingkat keterlibatan pembeli dan
tingkat keterlibatan diferensiasi merek, yang dijelaskan sebagai berikut :
a.
Budget Allocation (Pengalokasian budget)
Pilihan konsumen terhadap suatu
barang dipengaruhi oleh cara bagaimana membelanjakan atau menyimpan dana yang
tersedia, kapan waktu yang tepat untuk membelanjakan uang dan apakah perlu
melakukan pinjaman untuk melakukan pembelian.
b.
Product
Purchase or Not (Membeli produk atau tidak)\
Perilaku pembelian yang
menggambarkan pilihan yang dibuat oleh konsumen, berkenaan dengan tiap kategori
produk atau jasa itu sendiri.
c.
Store
Patronage (Pemilihan tempat untuk mendapatkan produk)
Perilaku pembelian berdasarkan
pilihan konsumen, berdasarkan tempat atau di mana konsumen akan melaksanakan
pembelian produk atau jasa tersebut. Misalnya, apakah lokasi bakery menjadi
salah satu faktor yang menentukan konsumen dalam melakukan proses pembelian.
d.
Brand
and Style Decision (Keputusan atas merek dan gaya)
Pilihan konsumen untuk memutuskan
secara terperinci mengenai produk apa yang
sebenarnya ingin dibeli.
C. Family
Life Cycle (FLC)
Konsep
family life cycle merupakan alat untuk menggambarkan serangkaian tahap
perkembangan kebanyakan keluarga. Untuk menggambarkan realitas berbagai macam
tatanan keluarga dan gaya hidup sekaranag maka konsep family life cycle dapat
dibagi dua :
§ Skema
Family Life Cycle Tradisional
Tahap 1, masa lajang, orang muda lajang
hidup terpisah dari orang tua.
Tahap
2, pasangan yang berbulan madu.
Tahap 3, orang tua, mempunyai satu
anak dan tinggal serumah.
Tahap 4, pasca orang tua, suami istri yang
sudah tua, anak-anak tidak tinggal
serumah.
Tahap 5, disolusi, seorang suami atau
istri yang masih hidup.
§ Tahap-tahap
Family Life Cycle Alternatif
a. Rumah
tangga keluarga terdiri dari, pasangan yang tidak punya anak, pasangan yang
terlambat menikah, orang tua tunggal dan keluarga diperluas.
b. Rumah
tangga bukan keluarga yaitu pasangan tidak menikah, pasangan bercerai tanpa
anak, orang lajang, dan janda atau duda yang sudah tua.
D.
Perubahan
Struktur Keluarga dan Rumah Tangga
Memahami perubahan
struktur keluarga dan pengaruhnya terhadap pengambilan keputusan sebagai
konsumen. Keputusan membeli dalam keluarga di pengaruhi oleh keadaan sudah
menikah atau belum, ukuran jumlah anggota keluarga, hal tersebut mempengaruhi
jumlah belanjaan yang akan dibeli maupun budget yang akan di siapkan untuk
mengambil keputusan dalam hal membeli suatu barang. Banyak dari mereka
benar-benar menghitung jumlah pengeluaran mereka sesuai dengan keadaan yang
mereka hadapi dalam keluarga mereka sehari-hari, mana yang sekiranya menjadi
keputusan yang utama mana yang belum menjadi prioritas saat itu.
E.
Metode
Riset Untuk Mengetahui Pengambil Keputusan Oleh Keluarga
Pemberian kuesioner
kepada seluruh keluarga membutuhkan akses ke semua anggota pada waktu yang
lebih kurang sama, dengan menggunakan bahasa yang mempunyai makna sama bagi
semua anggota keluarga, dan menafsirkan hasil ketika anggota dari keluarga yang
sama melaporkan opini yang bertentangan mengenai apa yang dibeli oleh keluarga
atau pengaruh relative dalam keputusan tersebu
t
BAB XIV
PENGARUH SITUASI
A.
Tipe-tipe
Situasi Konsumen
Ø Situasi Komunikasi
Situasi Komunikasi adalah suasana atau lingkungan dimana
konsumen memperoleh informasi atau melakukan komunikasi. Konsumen mungkin
memperoleh informasi melalui:
- Komunikasi Lisan dengan teman,
kerabat, tenaga penjual, atau wiraniag
- Komunikasi non pribadi, seperti
iklan TV, radio, internet, koran, majalah, poster dsb
- Informasi diperoleh dari toko
melalui promos penjualan, pengumuman di rak.
Ø Situasi Pembelian
Situasi Pembelian adalah lingkungan atau suasana yang
dialami/dihadapi konsumen ketika membeli produk dan jasa. Situasi pembelian
akan mempengaruhi pembelian Misal: Ketika Konsumen berada di bandara, ia
mungkin akan bersedia membayar sekaleng Coke berapa saja harganya ketika haus.
Sebaliknya, jika ia berbelanja Coke di swalayan dan mendapatkan harganya
relatif lebih mahal, ia mungkin sangat sensitif terhadap harga. Konsumen tsb
mungkin akan menunda pembelian Coke dan mencari di tempat lain.
Ø Situasi Pemakaian
Situasi Pemakaian disebut juga situasi penggunaan produk dan
jasa merupakan situasi atau suasana ketika konsumsi terjadi. Konsumen
seringkali memilih suatu produk karena pertimbangan dari situasi konsumsi.
Misal: Konsumen Muslim sering memakai kopiah dan pakaian takwa pada saat sholat
atau pada acara keagamaan. Kebaya akan dipakai kaum wanita pada acara
pernikahan atau acara resmi lainya, dan jarang digunakan untuk pergi bekerja
Para Produsen sering menggunakan konsep situasi pemakaian
dalam memasarkan produknya, produk sering diposisikan sebagai produk untuk
digunakan pada situasi pemakaian tertentu. Misalnya, ada pakaian resmi untuk ke
pesta, pakaian olahraga, pakaian untuk
kerja, pakaian untuk santai dan berolahraga.
B.
Interaksi
Individu Dengan Situasi
Situasi pembelian mempunyai pengaruh
yang nyata terhadap keputusan pembelian konsumen dengan gaya hidup believer.
Hal ini menunjukkan bahwa situasi pembelian mampu menghadirkan keinginan
konsumen untuk membeli karena situasi ini bisa menjadi stimulus terhadap
keputusan konsumen untuk membeli.
Gaya hidup pembelian juga mempunyai pengaruh terhadap
keputusan pembelian konsumen atas sesuatu. Konsumen dengan gaya hidup believer
ternyata mengikuti mode-mode pakaian khususnya misalnya celana jeans sehingga
gaya hidup mereka berpengaruh terhadap keputusan pembelian yang dilakukan.
Situasi pembelian dan gaya hidup terhadap mode bagi konsumen dengan gaya hidup
believer ternyata cukup tinggi mampu mempengaruhi
keputusan pembelian konsumen dengan pengaruhnya sebesar 68%.
C.
Pengaruh
Situasi Tak Terduga
Situasi
tidak terduga dapat menjadi pemicu seseorang untuk membeli suatu barang.
Misalnya mahasiswi yang akan mengikuti ujian dan lupa membawa bolpoin dan
pensil, maka secara otomatis dia akan membeli dulu bolpoin dan pensil sebelum
mengikuti ujian tersebut. Memahami perilaku membeli dalam
situasi yang tak terduga.
Bagaimana seseorang
mengerti akan potensi dari pengaruh situasi yang tak terduga yang dapat merusak
keakuratan ramalan yang didasarkan pada maksud pembelian, yang tadinya ia tidak
mau membeli barang tapi karena susatu hal jadi membeli barang tersebut. Contoh
: saat jalan ke pusat perbelanjaan, ibu terlihatt ingin membeli baju baru
padahal awalnya mereka ke pusat perbelanjaan hanya untuk belanja bulanan.
Daftar Pustaka