ASPEK PENALARAN DALAM KARANGAN
ILMIAH
Disusun oleh :
Nama :
Sazkya Ayushifara
NPM :
18213329
Fakultas :
Ekonomi
Jurusan :
Manajemen
Kelas :
3EA21
Mata Kuliah :
Bahasa Indonesia 2
UNIVERSITAS GUNADARMA
BEKASI
2016
A.
Menulis Sebagai Proses Penalaran
Menulis merupakan proses bernalar. Jadi, menulis mengenai suatu topik atau tema
kita pasti harus berpikir menggunakan indera
(pengamatan), dengan menghubung-hubungkan berbagai fakta, membandingkan dan
sebagainya. Berpikir merupakan kegiatan mental. Pada waktu kita berpikir, dalam
benak kita timbul serangkaian gambar tentang sesuatu yang tidak hadir secara
nyata. Kegiatan ini mungkin tidak terkendali, terjadi dengan sendirinya, tanpa
kesadaran, misalnya pada saat-saat kita melamun. Kegiatan berpikir yang lebih
tinggi dilakukan secara sadar, tersusun dalam urutan yang saling berhubungan,
dan bertujuan untuk sampai kepada suatu kesimpulan. Jenis kegiatan berpikir vang
terakhir inilah yang disebut kegiatan bernalar.
B.
Penalaran Induktif dan Deduktif Dalam Karya Ilmiah
Penalaran induktif adalah proses penalaran untuk
menarik kesimpulan berupa prinsip atau sikap yang berlaku umum berdasarkan atas
fakta-fakta yang bersifat khusus. Ada 3
macam penalaran Induktif :
1.
Generalisasi
Generalisasi
merupakan penarikan kesimpulan umum dari pernyataan atau data-data yang ada.
Generalisai Dibagi menjadi 2 :
a.
Generalisasi
Sempurna / Tanpa loncatan induktif : Fakta yang diberikan cukup banyak dan
meyakinkan.
Contoh
Generalisasi Sempurna / tanpa loncatan induktif :
-
Sensus
Penduduk.
-
Jika
dipanaskan, besi memuai.
-
Jika
dipanaskan, baja memuai.
-
Jika
dipanaskan, tembaga memuai.
-
Jadi,
jika dipanaskan semua logam akan memuai.
b.
Generalisasi
Tidak Sempurna / Dengan loncatan induktif : Fakta yang digunakan belum
mencerminkan seluruh fenomena yang ada.
Contoh
Generalisasi Tidak Sempurna / dengan loncatan induktif :
Setelah
kita menyelidiki sebagian bangsa Indonesia bahwa mereka adalah manusia yang
suka bergotong-royong, kemudian kita simpulkan bahwa bangsa Indonesia adalah
bangsa yang suka bergotong-royong.
2.
Analogi
Analogi
adalah proses penalaran untuk menarik kesimpulan tentang kebenaran suatu gejala
khusus berdasarkan kebenaran gejala khusus lain yang memiliki sifat-sifat
esensial yang bersamaan.
Contoh
analogi :
Untuk
menjadi seorang pemain bola yang professional atau berprestasi dibutuhkan
latihan yang rajin dan ulet. Begitu juga dengan seorang doktor untuk dapat
menjadi doktor yang professional dibutuhkan pembelajaran atau penelitian yang
rajin yang rajin dan ulet. Oleh karena itu untuk menjadi seorang pemain bola
maupun seorang doktor diperlukan latihan atau pembelajaran.
3.
Hubungan
kausal
Hubungan
kausal (kausalitas) merupakan prinsip sebab-akibat yang sudah pasti antara
segala kejadian, serta bahwa setiap kejadian memperoleh kepastian dan keharusan
serta kekhususan-kekhususan eksistensinya dari sesuatu atau berbagai hal
lainnya yang mendahuluinya, merupakan hal-hal yang diterima tanpa ragu dan
tidak memerlukan sanggahan. Keharusan dan keaslian sistem kausal merupakan bagian
dari ilmu-ilmu manusia yang dikenal bersama dan tidak diliputi keraguan apapun.
Macam-macam
hubungan kausal :
a.
Sebab - akibat.
Contoh:
Penebangan liar dihutan mengakibatkan tanah longsor.
b.
Akibat
– Sebab
Contoh:
Andri juara kelas disebabkan dia rajin belajar dengan baik.
c.
Akibat
– Akibat.
Contoh:
Toni melihat kecelakaan dijalanraya, sehingga Toni beranggapan adanya korban
kecelakaan.
Penalaran Deduktif dalam Karya Ilmiah merupakan penalaran
yang beralur dari pernyataan-pernyataan yang bersifat umum menuju pada
penyimpulan yang bersifat khusus. Pada penalaran deduktif menerapkan hal-hal
yang umum terlebih dahulu untuk seterusnya dihubungkan dalam bagian-bagiannya
yang khusus.
Salah satu macam penalaran induktif, yaitu adalah
silogisme :
1)
Silogisme
Silogisme
adalah suatu proses penarikan kesimpulan secara deduktif. Silogisme disusun
dari dua proposisi (pernyataan) dan sebuah konklusi (kesimpulan).
Jenis-jenis
Silogisme :
a)
Silogisme
Kategorial
Silogisme
kategorial adalah silogisme yang semua proposisinya merupakan kategorial.
Proposisi yang mendukung silogisme disebut dengan premis yang dapat dibedakan
menjadi premis mayor (premis yang termnya menjadi predikat) dan premis minor (premis yang termnya menjadi
subjek). Menghubungkan di antara
kedua premis tersebut adalah term penengah (middle term).
Contoh
Silogisme Kategorial :
Semua
tumbuhan membutuhkan air. (Premis Mayor/ Premis Umum)
Akasia
adalah tumbuhan (Premis Minor / Premis Khusus).
Akasia
membutuhkan air (Konklusi / Kesimpulan)
b)
Silogisme
Hipotesis
Silogisme
hipotetik adalah argumen yang premis mayornya berupa proposisi hipotetik,
sedangkan premis minornya adalah proposisi katagorik
Contoh
Silogisme Hipotetik :
Jika
hujan saya naik becak.(mayor)
Sekarang
hujan.(minor)
Saya
naik becak (konklusi / kesimpulan)
c)
Silogisme
Alternatif
Silogisme
alternatif adalah silogisme yang terdiri atas premis mayor berupa proposisi
alternatif. Proposisi alternatif yaitu bila premis minornya membenarkan salah
satu alternatifnya. Kesimpulannya akan menolak alternatif yang lain.
Contoh
Silogisme Alternatif :
Nenek
Sumi berada di Bandung atau Bogor.
Nenek
Sumi berada di Bandung.
Jadi,
Nenek Sumi tidak berada di Bogor.
C.
Isi Karangan
Pada bagian isi suatu karangan, penulis menyusun
gagasan-gagasan karangan menjadi beberapa bagian atau bab dengan memperhatikan
ketersambungan antar paragraf dan gaya bahasa yang baik untuk dibaca oleh
pembaca. Jika gaya bahasa yang digunakan adalah gaya bahasa yang baik dan
benar, maka isi dari suatu karangan dapat tersampaikan maksud dan
tujuannya kepada para pembaca.
Sehingga tidak terjadi salah penalaran dalam penyampaian
maksud dan tujuan dari isi karangan. Salah nalar (reasioning atau logical
fallacy) adalah kekeliruan dalam proses berpikir karena keliru menafsirkan atau
menarik kesimpulan.
Bagian-bagian isi diantaranya adalah : Judul bab atau
topic isi bahasan, Uraian singkat isi pokok bahasan, Penjelasan tujuan bab,
Uraian isi pelajaran, Penjelasan teori, Sajian contoh,
Ringkasan isi bab, Soal latihan, Kunci jawaban soal latihan.
D.
Fakta Sebagai Unsur Dasar Penalaran Karangan
Agar dapat menalar dengan tepat, perlu kita memiliki
pengetahuan tentang fakta yang berhubungan. Jumlah fakta tak terbatas, sifatnya
pun beraneka ragam. Oleh sebab itu, sebagai unsur dasar dalam penalaran ilmiah,
kita harus mengetahui apa pengertian dari fakta.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), fakta memiliki
definisi sebagai hal (keadaan atau peristiwa) yang merupakan kenyataan; sesuatu
yang benar-benar ada atau terjadi. Selain itu, fakta juga merupakan pengamatan
yang telah diverifikasi secara empiris (sesuai dengan bukti atau konsekuensi
yang teramati oleh indera). Fakta bila dikumpulkan secara sistematis dengan
beberapa sistem serta dilakukan secara sekuensial maka fakta tersebut mampu
melahirkan sebuah ilmu. Sebagai kunci bahwa fakta tidak akan memiliki arti
apa-apa tanpa sebuah teori dan fakta secara empiris dapat melahirkan sebuah
teori baru.
Untuk memahami hubungan antara fakta-fakta yang sangat
banyak itu, kita perlu mengenali fakta-fakta itu secara sendiri-sendiri. Ini
berarti bahwa kita harus mengetahui ciri-cirinya dengan baik. Dengan begitu,
kita dapat mengenali hubungan di antara fakta-fakta tersebut dengan melakukan
penelitian. Selain itu, kita dapat menggolong-golongkan sejumlah fakta ke dalam
bagian-bagian dengan jumlah anggota yang sama banyaknya. Proses seperti itu
disebut pembagian, namun pembagian di sini memiliki taraf yang lebih tinggi dan
disebut klasifikasi.
Kesimpulannya : fakta
sebagai unsur dasar dalam penalaran karangan karena dalam membuat suatu
karangan baik itu karangan ilmiah atau karangan non ilmiah harus didasari oleh
fakta, dan penulis harus mengerti serta memahami fakta tersebut, sehingga dapat
di kembangkan dan disusun menjadi sebuah karangan.
Link :