Kamis, 24 Oktober 2013

Resensi Kupu - Kupu Pelangi 1


Pacaran yang kelewat batas antara Cindy dan Leo membuahkan janin di luar nikah. Seorang anak pengusaha garmen dan anggota dewan terhormat di Jakarta, ingin membuang bayi yang berada dalam kandungan anaknya, sebut saja Cindy. Sang ayah, Bram, tidak menerima Leo, pemain band yang dipandangnya sebagai berandalan, menurut Bram nge-band sama saja dengan mengamen. Bram ingin sekali memusnahkan bayi di perut Cindy, supaya dia diberi kesempatan dari awal dan mempersiapkan masa depan Cindy yang sudah terlanjur terjerumus pergaulan anak muda zaman sekarang. Tidak boleh seorang pun yang membantah rencananya begitu juga istrinya, Arum. Bram memaksa Cindy untuk menggugurkan kandungannya, ketika sang janin berusia 8 bulan. Tetapi Cindy menolaknya, dan disitulah terjadi pertikaian antara Arum, Bram, Cindy, dan Leo. Tanpa peduli bayi dalam perut Cindy, Bram mendorong anaknya tersebut ke dalam mobil. Akhirnya, mobil itu pun pergi meninggalkan halaman rumahnya itu. Ketika mobil itu pergi, Mbok Siti mengajak majikannya, Arum, masuk ke kamar tidur untuk menghangatkan badan Arum yang sedang basah kuyup karna tertimpa hujan. Arum teringat hasutan dari ibu-ibu pejabat, mereka berkata bahwa jika meminum minuman keras akan membawa kenyamanan dalam hidup, hingga sampai saat ini Arum masih meminum minuman beralkohol itu. Mbok Siti menyarankan agar Arum meminta ampun kepada Allah karna sudah mementingkan urusan duniawi saja. Mbok Siti mengajaran Arum sholat dan akhirnya Arum bertobat atas kelakuannya selama ini telah menjauh dari Tuhan.
Dulu Arum tidak pernah membantah ayahnya, selalu menuruti apa yang ayahnya katakan dan selalu dekat dengan Tuhan. Arum merasa sangat berdosa dan beranggapan karena dialah ibunya meninggal. Ibunya meninggal akibat pendarahan saat setelah melahirkannya, itulah yang membuat Arum menjadi anak yang penurut. Arum adalah anak satu-satunya dari pengusaha batik terkenal di Yogya. Kehidupan Arum semasa remaja sangat tragis ketika Arum dijebak oleh Bram dan Amartha, adik Bram dan juga teman sekampusnya, ke sebuah pesta. Bram ingin sekali memiliki Arum, bukan karena Bram mencintainya melaikan ingin memiliki seluruh harta warisan orangtua Arum. Berbagai cara Bram lakukan agar Arum terpicut dengannya. Padahal awalnya ayah Arum melarangnya untuk pergi ke pesta itu, ayahnya tahu bahwa orangtua Amartha adalah pejabat yang korupsi, tetapi Arum terus memohon. Amartha meyakinkan ayah Arum dengan iming-iming Amartha akan menjaga Arum. Ketika sampai di pesta, Bram menghampiri Arum dan memperkenalkan dirinya kepada Arum. Arum tersipu malu dan terpikat dengan ketampanan Bram. Makanan yang telah dimakan Arum di pesta itu ternyata sudah diracuni oleh Amartha. Amarta menyuruh Arum untuk beristirahat di sebuah kamar hotel, dan malang sekali nasib Arum, Arum sudah dihamili oleh Bram saat dia melihat Bram berada sebelahnya. Hanya mereka berdua di dalam kamar hotel itu. Arum sangat panik dan sangat takut jika ayahnya mengetahuinya, tetapi dengan entengnya Bram mengucapkan khilaf kepadanya. Keluarga Amartha dan Bram memang sangat liar, orangtua mereka sibuk dengan kepentingan mereka. Ayah Bram yang sibuk menjadi pengusaha terkenal sedangkan ibunya senang berhura-hura dengan para ibu-ibu pejabat. Bram juga tidak pernah mengingat Tuhan, yang Bram pikirkan hanya harta, status dan kehormatan.
Mobil Bram menuju ke sebuah rumah tua. Di dalam mobil Cindy hanya bisa terdiam dengan tatapan yang kosong. Tiba dirumah itu, Bram sudah disambut dengan Dokter Gala, yang sudah mempersiapkan untuk menggugurkan kandungan Cindy malam itu. Di ruang utama rumah tua itu Bram terkejut dengan jumlah uang yang diminta oleh Dokter Gala. Bram memang tidak ingin berita mengenai anaknya ini tersebar di media massa. Akhirnya mereka menyepakati perjanjian tersebut. Di pinggiran kota Jakarta di tempat yang sunyi, Leo dibawa oleh pesuruh Bram, Franky dan Frady, mereka menghabisi dan menghajar Leo. Bram juga menyuruh Frendy dan Franky untuk membuang bayi itu. Franky dan Frady ketakutan saat mereka melihat bayi Cindy bercahaya, dan Arum memberikan sejumlah uang untuk mereka agar bayi Cindy dibawa oleh Arum. Tanpa sepengetahuan Bram, Arum menyelamatkan bayi itu dengan memanfaatkan teman Cindy yaitu Anton dan Susi, untuk menitipkannya di panti asuhan dan memberikan sejumlah uang kepada mereka. Cobaan terus menimpa Arum. Arum mempercayai teman Cindy, Anton dan Susi, tetapi apa yang mereka telah perbuat pada Arum, Susi melarikan diri dari Anton. Anton gagal mengejar Susi. Bayi Cindy ternyata dibuang ke Kali Ciliwung oleh Anton. Arum sudah tidak tahan dengan Bram, dan akhirnya dia berencana untuk membicarakan soal perceraian mereka. Bram sangat marah, tetapi Arum sudah serahkan semuanya kepada pengacaranya untuk proses perceraiannya tersebut.
Dalam sekejap Anton menjadi kaya raya. Dia menikahi putri seorang pengusaha Cina yang dikalahkan lewat berjudi. Ling-ling, putri pengusaha Cina, menjadi barang taruhan oleh ayahnya karena kehabisan modal. Walaupun Anton sudah memiliki istri, dia tetap mencintai Susi, sampai saat ini Anton tidak mengetahui dimana keberadaan Susi. Susi kini menjadi Muslimah, pendiam, dan sangat religius. Susi tinggal di Surabaya bersama tantenya dan kuliah di perguruan tinggi swasta tanpa sepengetahuan Anton. Akan tetapi Anton bangkrut dan gila. Istri dan anaknya pun tewas. Berawal dari demo-demo mahasiswa yang menginginkan Soeharto lengser sebagai presIden Ri. Lalu, mahasiswa dan aparat bentrok. Wanita-wanita Cina dibunuh, dirampok, bahkan diperkosa. Anton bangkrut dan masuk rumah sakit jiwa. Begitu juga dengan Bram, dia juga dirawat di rumah sakit, stres dan hampir menjadi gila. Sementara, Arum yang kemudian tobat, meskipun kehilangan Cindy. Bram mengirimkan Cindy sekolah di Amerika. Di sana Cindy hanya tahan satu tahun. Dia lebih banyak berhura-hura daripada belajar. Lalu dia kembali ke Jakarta, ternyata Leo masih hidup dan sukses berkarier di dunia musik. Tragis, Leo tidak mencintainya lagi. Cindy kecewa dan patah hati. Cindy sangat terpuruk dan akhirnya Cindy tewas di apartment di Amerika, karena overdosis. Arum pasrah dan ikhlas. Arum yang tetap tabah dalam derita dan terus mencari dengan berharap bisa bertemu dengan cucunya (anak Cindy) itu tanpa kenal lelah bersama supir pribadinya yang setia, Pak Rahmat.


Nilai – nilai yang terkandung dalam novel tersebut antara lain : 
  • Nilai agama :
Tokoh Arum, Bram dan Amartha, yang tidak baik dan tidak patut dicontoh. Mereka tak peduli dengan adanya Tuhan dan mereka hanya mementingkan urusan duniawi, harta, status dan kehormatan.
  • Nilai budaya :
Di dalam novel ini juga menjelaskan mengenai dampak sex diluar nikah, dan pergaulan bebas, ternyata pergaulan bebas itu sangat kejam. Oleh karena itu, berhati-hatilah dalam memilih pergaulan.
  • Nilai moral :
Arum yang tetap tabah dalam derita dan terus mencari dengan berharap bisa bertemu dengan cucunya (anak Cindy) itu tanpa kenal lelah bersama supir pribadinya yang setia, Pak Rahmat.

Komentar :
Masalah yang terdapat dalam novel tersebut membuat para pembaca memiliki rasa ingin tahu yang tinggi bagaimana ending dari cerita tersebut . Akan tetapi, alur dan nasib para tokoh  cerita tersebut  menjadi gantung, dan ending yang mengambang. Akhirnya, tidak diberitahukan ‘nasib’ apa yang telah, sedang, atau akan diberitahukan sang pengarang kepada tokoh-tokoh yang tersisa itu.
Dalam novel ini, menggambarkan watak tokoh, latar, suasana yang sedang terjadi, dalam cerita tersebut terlihat jelas, sehingga mudah dimengerti oleh pembaca. Gaya bahasa dalam novel yang diterbitkan oleh Mizan ini mudah di mengerti dengan cara penggunaan kata-kata yang tidak rumit (sedehana).
Dari sinilah kesadaran dan semangat Islami dalam novel ini untuk menyelesaikan berbagai persoalan kehidupan yang dihadapi tokoh-tokohnya dengan pendekatan agama. Dimana orang yang mempunyai kesalahan dan perbuatan dosa, mereka harus diberi hukuman setimpal, kecuali mereka mau bertobat dan tidak mengulang perbuatan dosanya

Daftar pustaka :
Gong, Gola. 2003. Kupu-Kupu Pelangi 1. Bandung: Dar! Mizan

Kamis, 10 Oktober 2013

Pengaruh Televisi Terhadap Anak

Televisi (TV) merupakan media massa elektronik yang dapat memberikan berita secara cepat dan sangat disukai oleh anak-anak, remaja maupun orang dewasa. Semua warga negara yang ada di dunia ini pasti mengetahui TV. Hampir di setiap rumah, saat ini memiliki TV. Media massa televisi ini, banyak sekali manfaat, diantaranya dengan cepat memperoleh informasi-informasi terbaru yang terjadi dimana pun, dan dapat memperluas wawasan dan pengetahuan yang lebih luas. Dengan berbagai acara yang ditayangkan mulai dari infotainment, entertainment, iklan, sampai pada sinetron-sinetron dan film-film yang berbau kekerasan. Adegan pacaran yang mestinya belum pantas untuk mereka tonton, tidak hormat terhadap orang tua, gaya hidup yang hura-hura (mementingkan duniawi saja) dan masih banyak lagi dampak negatif bagi anak-anak yang masih belum mengetahui apa-apa. Sedangkan acara-acara pendidikan sangat minim sekali.
Dengan acara-acara yang ditayangkan di televisi dominan kepada acara yang berdampak negatif bagi anak, peran orang tua sangat berpengaruh terhadap perkembangan anak. Sebab orang tua memiliki tanggung jawab untuk mendidik, mengasuh dan membimbing anak-anaknya Begitu juga mengenai hal televisi ini, yang sudah nyata dampak negatifnya, sudah sepatutnya setiap orang tua mempersiapkan untuk mengantisipasinya antara lain :
·    Diharapkan para orang tua melakukan pengawasan anaknya saat sedang menonton tv
·     Letakkan TV di ruang keluarga, sehingga orang tua dapat mengontrol kapan anak menonton tv.
·     Pilih acara yang sesuai dengan usia anak. Perhatikan apakah acara tersebut sesuai dengan usia anak-anak (tidak ada unsur kekerasan, atau hal lainnya yang tidak sesuai dengan usia mereka) misalnya, upin ipin.
·     Buat peraturan dimana TV tidak akan dinyalakan sebelum (belajar, makan, les, dsb) selesai dilaksanakan.
·     Perbanyak membaca buku dan mengajaknya ke toko buku agar tidak selalu menonton TV di rumah. 
Bagi pemerintah harus melakukan penyeleksian terhadap setiap acara televisi, dan harus adanya standarisasi film yang layang untuk di tayangkan atau tidak layak. Bagi pihak penyiar televisi, seharusnya tidak hanya mementingkan keuntungan tetapi harus mempertimbngkan dampak dari acara tersebut.
Disamping memberikan dampak positif, televisi juga dapat memberikan dampak negatif bagi penontonnya khususnya anak-anak. Dampak negatifnya jauh lebih besar dibandingan dampak positifnya.